MUKTAMAR NU KE 32
Sabtu, 20 Maret 2010
Menjelang Muktamar Nu ke 32 di Makasar banyak disampaikan para calon ketua PB NU maupun para aktifis NU menyarankan agar yang terpilih sebagai Ketua Tanfiziyah PBNU dan Rais Am PB NU bukan ulama politik. Biar NU tidak dibawa ke ranah politik. Pendapat ini memang betul menyenangkan. Tapi sayangnya yang menyatakan itu adalah orang-orang yang aktif di politik. Seperti Wakil Gubernur Jatim Syaifullah Yusuf. Dia ini suka bermain politik kok kiai NU dilarang politik. Ini kan aneh. Begitupula dengan Said Agil Syirad melarang NU tidak boleh dibawa ke ranah politik. Padahal dirinya masuk ke dalam lembaga keagamaan PDIP. Juga alumni Pergerakan Mahaiswa Islam Indonesia (PMII) menyarankan NU ke depan untuk tidak berpolitik praktis. Lebih mementingkan pendidikan. Demikian pula dengan salah satu anggota FKB yang kini menulis buku ahlussunnah waljamaah menyarankan agar menjauhi politik praktis. Dan m
Saya menyarankan kalau bicara lihat dulu dirinya sendiri. Wong dirinya sendiri berpolitik kok ulama NU tidak boleh. Yang penting politiknya sesuai yang dicontohkan Rasulullah. Politik Islam yang dikedepankan. Karena kalau tidak berpolitik nantinya akan dipolitiki seperti selama ini. Diperalat menjadi barang dagangan. Akibatnya ormas NU tidak memiliki wibawa. Begitupula dengan para ulama di dalamnya. masih banyak lainnya
Maka saya mendukung kalau ada ulama atau aktifis NU yang berbicara NU tidak boleh berpolitik dirinya tidak pernah berpolitik. Ini baru saya percaya. Kalau selama ini suka bermain politik kemudian menjelang Muktamar menyuarakan agar NU tidak berpolitik. Maka saya tidak percaya. Saya hanya percaya kepada orang-orang yang ucapannya sesuai dengan tindakannya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah dan para sahabat.
0 komentar:
Posting Komentar