Inspirasi Melukis Cekakik dari Rumpun Bambu Tepian Sungai Harinjing

Sabtu, 30 Agustus 2025

 Kediri-MenaraMadinah. Com Satu Wage 30 Agustus 2025, Proses mw cari ide atau gagasan sebagai bahan untuk melukis cekakik, bisa ada disekitar kita, apa saja yang membuat kita tertarik untuk merenungkan hal tersebut, sebagai sumber inspirasi. 



Sore ini sepulang mengajar Lukisan Cekakik di SMP IsIam Plus Al-Hikam yang notabene adalah para santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum Klampisan Kecamatan Kandangan, rumpun bambu ditepi sungai Harinjing menarik perhatian, terbayang pada cerita tutur bagaimana Bhagawanta Bhari dulu membuat kali ini dan membuat bendungan yang bisa mengaliri sawah di Desa Siman(sekarang, dulu namanya ada yang menyebut:'Culanggi') sampai ke Tenggara Barat daerah Kecamatan Purwoasri lewat Sungai Widas, tepatnya daerah timur Sungai Brantas, sehingga daerah Siman Kecamatan Kepung sejak dulu hingga sekarang pertanian nya subur dan masyarakat nya makmur. 

Inilah berkah dari karya agung Mbah Bhagawanta Bhari, yang diabaikan dalam prasasti yang di Desa Siman masyarakat sekarang menyebutnya dengan 'Punden Mbah Gurit', prasasti tersebut menyebutkan berkat karya tersebut me dapat 'Anugerah Raja' berupa tanah Sima, artinya daerah 'bebas pajak'. Selain sungai tersebut untuk keperluan irigasi juga digunakan MCK(Mandi Cuci Kakus) dulu hingga sekarang, serta menurut pengamatan penulis tahun 2008, bahwa disepanjang aliran sungai ini yang masih digunakan masyarakat mandi bersama, tidak ada kasus 'perkosaan' oleh sebab karena 'Pendidikan Sex Alami' masih ada didalam kehidupan riel di masyarakat. 

Namun, seiring perkembangan zaman atau tumbuh nya modernisasi adat kebiasaan tersebut sudah mulai berkurang, karena masyarakat sudah banyak yang memiliki kamar mandi di rumah sendiri, dan bahkan memiliki mesin cuci, jadi hampir sudah tidak mandi dan mencuci di sungai lagi. 

Penulis juga masih pernah mengalami mandi dan mencuci di sungai dekat rumah, namun sekarang hanya sesekali bernostalgia mandi dan mencuci di sungai tersebut, bukan karena sudah punya kamar mandi dan mesin cuci, namun dikarenakan bertambahnya usia dan tenaga yang sudah tidak sekuat dulu lagi, sehingga sudah merasa sulit dan berat untuk ke sungai yang jalan menanjak, dari bibir sungai kurang lebih setinggi pohon kelapa (kurang lebih 10 s/d 15 meter) dan jalan nya sudah tak terawat seperti dulu, licin, dan penuh reruntuhan dedaunan, maka harus lebih hati-hati. 

Pernah suatu kali pas musim hujan jalan nya licin, tangga dari tanah sudah hampir tak nampak, penulis tergelincir sampai ke bawah, nasib baik tidak sampai tercebur ke air dan cucian juga selamat. 


Dari cerita diatas kalau diolah menjadi ide lukisan sudah bisa menghasilkan beberapa karya, artinya inspirasi bisa datang dari mana saja. 

Nur Habib, mengabarkan.

0 komentar:

Posting Komentar

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP